Hatiku yang tersiksa adalah puing puing tawamu,
siksa semakin pedih manakala tak tersirat sedikitpun senyum di ujung bibirmu
berikan senyumu meskipun tanpa makna
ketika kita datang dengan jalan yang sama dan seirama
dan akan pergi dengan irama dan jalan yang sama pula
mengapa dalam balutan waktu yang membungkus kita ini kita
selalu berbeda tanpa makna,
Kunantikan engkau di ujung jalan itu, bila irama itu telah mulai mengalun seiring
jakarta 20 june 2008